PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Dakwah
Dari
segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” yang berarti melalui dan
“hodos” yang berarti jalan atu cara. Dengan demikian kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui guna
mencapai suatu tujuan. Dari sumber lain menyebutkan bahwa metode dakwah berasal
dari bahasa Jerman yakni “methodica” yang berarti ajaran tentang metode dan
dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata “methodos” yang berarti jalan, lalu
dalam bahasa Arab disebut “thariq”.1
Metode
dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator)
kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.
Hal ini mengundang arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu
pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
B.
Metode Dakwah Pada Zaman Rasulullah
1. Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Sebenarnya
setelah Nabi Muhammad mendapat wahyu pertama ia langsung menceritakan kepada kaum
Quraisy tentang ajaran Tauhid dan memerintahan agar tidak belaku kasar terhadap
sesamanya. Namun karena kaum Quraisy mempunyai hati sekeras batu, akhlak setara
binatang, dan juga karena mereka takut akan terancam kesejahteraannya dalam
“bisnis berhala”, sebisa mungkin ia menghalau Nabi Muhammad dalam berdakwah.
Untuk itu nabi lebih memilih mengalah dengan cara berdakwah secara
sembunyi-sembunyi. Dalam berdakwah sembunyi-sembunyi, ia melakukan berbagai
metode, salah satunya dengan metode pendekatan personal (dari pintu ke pintu)
dan juga dengan metode bil hal (menjadi suri tauladan yang baik bagi umat
muslim maupun nonmuslim). Adapun beberapa metode yang dilakukan rasul selama
dakwah secaara sembunyi-sembunyi ialah:
a.
Metode
Personal
Metode
semacam ini terjadi dengan cara individual, yaitu antara Da’i dan Mad’u,
langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima, dan
biasanya reaksi yang ditimbulkan mad’u langsung diketahui. Pendekatan ini Rasul
lakukan untuk mencegah guncangan reaksioner di kalangan masyarakat Quraisy,
yang pada saat itu masih percaya dengan kepercayaan animisme warisan leluhur
mereka.
b.
Metode
Pendidikan
Pada
zaman rasul pendidikan ini dicontohkan dengan datang dari rumah ke rumah atau
menjadikan salah satu rumah sahabat untuk dijadikan tempat pemberian
materi-materi Islam. Seperti rumah Al-Arqam bin Abi Arqam yang dijadikan tempat
pertama menyampaikan materi-materi pendidikan Islam.
c.
Metode
Diskusi
Metode
diskusi Da’i sebagai narasumber sedangkan Mad’u sebagai audiens. Tujuannya
ialah untuk pemecahan problematika yang ada kaitannya dengan dakwah sehingga
apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya. Pada masa
sembunyi-sembunyi diskusi masih dalam hal ketauhidan, apa-apa saja ajaran Islam
itu, dan juga mengenai kehidupan setelah mati. Selain itu diskusi pada kondisi
seperti ini tidak leluasa karena harus sembunyi-sembunyi.
d.
Metode
bi Al-Hal
Dakwah
dengan metode ini dilakukan upaya ajakan melalui upaya penyatuan elaborasi
antara pemahaman atau pengetahuan (thingking) dengan keyakinan atau perasaan
(feeling). Dengan demikian, dakwah dengan metode ini dapat dilakukan dengan
mau’izah hasanah (memberi contoh teladan).
e.
Metode
bil Hikmah
Dari
sekian metode awal rasul berdakwah (setelah menerima wahyu kenabian), rasul
menjalankan tugasnya dengan metode bil hikmah. Dimana metode ini dilakukan
rasul selama berdakwah, tidak hanya sembunyi-sembunyi tetapi juga pada saat
dakwah secara terang-terangan. Sesuai dengan QS. An-Nahl/16: 125.
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dakwah secara
sembunyi-sembunyi dilakukan selama tiga tahun dan menghasilkan beberapa nama
yang berhasil masuk Islam, diantaranya adalah Siti Khadijah, Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar ash-Shiddiq, Usman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, dan Thalhah bin Ubaidilah.
2.
Dakwah
Secara Terang-terangan
Setelah
mendapat banyak dukungan dari sanak keluaga, sahabat, dan juga tetangganya dari
hasil berdakwah secara sembunyi-sembunyi, rasulullah memberanikan diri untuk
berdakwah secara terang-terangan kepada pemuka kaum Quraisy. Tentunya alasan
dakwah secara terang-terangan ini juga berlandaskan atas perintah Allah SWT
dalam QS. Al-Hijr/15: 94 yang artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik”.
Setelah
rasul mensyiarkan Islam secara terang-terangan di kalangan kaum Quraisy, beliau
keluar berdakwah ke tengah masyarakat Quraisy untuk mengajak mereka ke dalam
Islam. Hampir di setiap saat, beliau berani maju ke tengah kaumnya untuk
menerangkan hakekat Islam. Mereka diajak untuk menyembah Allah Yang Maha Esa
dengan meninggalkan segala macam persembahan selain kepada Allah.
Perjalanan
dakwah Rasul pada periode terang-terangan ini mengalami berbagai macam hal,
baik itu perkembangan pesat umat muslim dan juga ancaman serta siksaan dari
kaum Quraisy yang semakin menjadi-jadi. Apalagi saat wafatnya Siti Khadijah
(isteri rasul) dan Abu Thalib (paman rasul) yang selama ini membantu dan
melindungi rasulullah dalam berdakwah. Meskipun begitu, rasul tetap gigih dan
sabar dalam menjalankan dakwahnya. Tidak sedikitpun rasul membalas perbuatan
mereka yang keji. Beliau hanya bisa bersabar , berdo’a dan menyusun strategi
dari permasalahannya yang lebih kompleks ini.2
Adapun
beberapa metode yang dilakukan rasul saat berdakwah secara terang-terangan
adalah:
·
Politik
Pemerintahan
Rasulullah
merasa dakwah di Mekkah semakin terasa berat karena perlakuan orang Quraisy
terhadap Rasul dan umatnya yang semakin sadis, bahkan sampai mengancam
nyawanya. Oleh karena itu demi keselamatan nyawa dan keselamatan umat muslim,
maka rasul dan sahabat-sahabatnya memutuskan untuk hijrah ke luar daerah. Contohnya
ialah ketika hijrah ke Madinah. Keputusan hijrah ke Madinah ini bukanlah
semata-mata atas kehendaknya seniri, melainkan memang atas –perintah orang
Madinah sendiri sehingga kebanyakan penduduk Madinah secara terbuka menerima
ajaran-ajaran agama dari rasul. Di Madinah, rasul mendapat sahabat (Anshor)
yang makin hari makin bertambah sehingga rasul menggunakan politik
pemerintahannya, yakni mendirikan negara Islam. Yang mana semua urusan ekonomi,
hukum, tata ekonomi, sosial dan sebagainya berasaskan Islam. Hal in berarti
dakwah Islamiyahnya sebagai tujuan utama negara.
·
Surat
Menyurat
Metode
dakwah rasulullah bukan saja dengan cara politik pemerintahan, akan tetapi juga
menggunakan metode surat-menyurat. Metode ini dilakukan oleh rasulullah kepada
berbagai negara tetangga seperti Yaman, Syam, dsb. Adapun hasilnya sudah barang
tentu ada yang menerima dan ada yang menolaknya. Beberapa metode seperti ini
menggambarkan bahwa beliau memiliki kecakapan yang lebih hebat bila
dibandingkan dengan zaman mutakhir ini.
·
Metode
Peperangan
Perang
adalah metode dakwah rasul yang paling terakhir bila sudah tidak ada lagi jalan
lain yang ditempuh. Seperti perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perang
Yarmuk, dsb. Metode dakwah menggunakan gencatan senjata ini memang tampaknya
sangat membahayakan, karena bala tentara rasulullah lebih sedikit dibandingkan
dengan tentara orang kafir. Namun sejarah Islam telah membuktikan bahwa
peperangan rasulullah dengan orang kafir jarang sekali menerima kekalahan.
Selain
ketiga metode tersebut, rasulullah juga terus mengembangkan metodenya sewaktu
dakwah secara sembunyi-sembunyi, yaitu misalnya mengembangkan metode dakwah
secara diskusi. Dlama situasi dakwah yang terang-terangan ini rasul bisa lebih
leluasa dalam melakukan diskusi dengan umatnya, bahkan mempunyai tempat khusus
seperti Masjid, Ka’bah, dll. Juga metode-metode lain seperti metode pendidikan,
metode personal yang lebih komprehensif, dan metode bil hikmah. Rasul juga
menggunakan metode bil Mal yaitu metode dengan memberikan kontribusi materi
kepada sasaran dakwah yang lemah ekonominya. Hal ini sebenarnya sudah biasa
rasul lakukan jauh sebelum ia diutus menjadi rasul karena hal ini sudah menjadi
sifat naluriah rasul sebagai manusia yang murah hati dan dermawan.
Sepanjang
perjalanan tugasnya, rasul selalu menggunakan berbagai metode guna keberhasilan
dakwahnya. Begitu banyak tantangan dan rintangan yang rasul hadapi, tetapi hal
itu tidak menjadikan ia lalai dalam mengemban tugas dari Allah SWT. Ia tetap
optimis, gigih, dan penuh strategi. Hingga pada akhirnya rasulullah berhasil
menjalankan tugasnya itu, dan ajaran-ajaran Islam bisa menyebar luas hingga ke
seluruh negeri. Tidak heran jikalau rasul dinobatkan menjadi orang paling
berpengaruh di dunia dengan suri tauladan dan perjuangannya dalam berdakwah.
Semoga segala macam metode rasul ini dapat menjadi contoh bagi kita dalam
mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan semoga kita dapat
mengembangkan dan menyikapinya dengan baik. Sehingga umat Islam pada zaman yang
menghadapi tantangan globalisasi ini tidak menurun nilai-nilai keimanan dan
islamnya.3
C.
Metode Dakwah Pada Zaman Khulafaurrasyidin
1.
Khulafaurrasyidin’
Abu Bakar ash-Shiddiq
adalah orang yang pertama beriman kepada rasulullah saw dari kalangan lelaki
dewasa. Nama asli beliau adalah Abdullah bin ‘Utman bin ‘Aamir dari suku Taim
bin Murrah bin Ka’ab. Beliau adalah sahabat yang menemani hijrah nabi. Beliau
jugalah orang yang menggantikan nabi untuk menjadi imam shalat serta anir
jama’ah haji. Ada lima orang sahabat yang termauk orang-orang yang dijanjikan
surga yang masuk Islam melalui perantara dakwahnya. Mereka itu adalah ‘Utsman,
Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin ‘Auf dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Beliau wafat
pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 hijriyah dalam usia 63 tahun. Kekhalifahan
Abu Bakar berlangsung selama dua tahun tuga bulan dan sembilan hari.
Umar bin Khattab, nama
asli beliau adalah Kuniyah Abu Hafsh. Kuniyah Abu Hafsh ini didapatkan beliau
dari nabi SAW karena nabi melihat sifat tegas yang dimilikinya. Abu Hafsh
adalah julukan bagi singa. Beliau adalah orang pertama yang dijuluki sebagai
Amirul Mukminin secara luas oleh umat. Kekhalifahan Umar bin Khattab
berlangsung selama 10 tahun, 6 bulan lebih 3 hari. Semenjak tanggal 23 Jumadil
Akhir 13 Hijriyah hingga 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah.
Utsman bin Affan adalah
seorang saudagar atau pedagang. Ia termasuk saudagar yang sukses dan berhasil.
Beliau terkenal lembut, sabar, tekun dan pemurah. Beliau berasal dari suku
Umayyah bin Abdu Syams bin Abdul Manaf. Sebelum beliau masuk Islam, beliau
tidak mengetahui tentang Nabi Muhammad SAW. Beliau masuk Islam sebelum
nabi SAW masuk ke Darul Arqam. Beliau
adalah seorang yang kaya. Beliau menjabat sebagai khalifah sesudah Umar bin
Khattab r.a. berdasarkan kesepakatan ahlu syura. Beliau terus menjabat sebagai
khalifah hingga terbunuh sebagai syahid pada bulan Dzulhijjah tahun 35 hijriyah
dalam usia 90 tahun. Menurut salah satu pendapat ulama kekhalifahan beliau
berlangsung selama 12 tahun dari tahun 35 hijriyah hingga 19 Ramadhan tahun 40
hijriyah.
Ali bin Abi Thalib adalah
orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. Rasulullah SAW
menyerahkan kepadanya bendera jihad pada saat perang Khaibar yang dengan
perantara perjuangannyalah Allah memenangkan umat Islam dalam pertempuran.
Beliau dibai’at sebagai khalifah setelah khalifah Utsman terbunuh. Beliau
menjadi khalifah secara syar’i hingga wafat dalam keadaan syahid pada bulan Ramadhan
tahun 40 hijriyah dalam usia 63 tahun. Kekhalifahan Ali berlangsung selama 4
tahun 9 bulan sejak Dzulhijjah 12 hari.
Ketika
rasulullah SAW wafat, dakwah islamiyah baru berhasil mentauhidkan Jazirah Arab
dan baru saja selesai membuka pintu gerbang kerajaan Romawi Timur, yaitu
penaklukan Tabuk. Dalam masa pemerintahan khulafaurrasyidin, dakwah islamiyah
telah mengembangkan sayapnya jauh ke luar perbatasan Jazirah Arab, baik ke
timur, ke barat, ke utara, ataupun ke selatan.4
2.
Unsur-unsur
Pendekatan Dakwah Pada Masa Khulafaurrasyidin
Kekuasaan
khulafaurrasyidin berumur kurang lebih 30 tahun. Struktur dakwah pada masa
khulafaurrasyidin meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut:
a)
Da’i
Pengganti
Rasulullah adalah khulafaurrasyidin. Mereka adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar
bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Keempat sahabat nabi ini
berperan sebagai ulama’ yang menyebarkan agama Islam sekaligus berperan sebagai
seorang khalifah (pemimpin). Para da’i pada masa khulafaurrasyidin tentunya adalah
keempat khalifah tersebut. Beliau-beliaulah yang berperan dalam dakwah pada
masa khulafaurrasyidin dan mereka pula yang menggantian nabi sebagai kepala
negara sehingga corak da’i pada masa khulafaurrasyidin ini adalah al-Ulama wa
al-Imara’
b)
Mad’u
Kondisi
mad’u pada masa khulafaurrasyidin adalah bersifat ijabah, karena pada masa
rasulullah sudah banyak orang yang memeluk agama Islam. Khulafaurrasyidin hanya
tinggal meneruskan perjuangan dakwah rasulullah, namun masih banyak umat yang
belum menerima Islam sebagai agamanya, seperti orang-orang Quraisy dan Yahudi
sehingga mad’u pada masa khulafaurrasyidin bercorak ijabah dan ummah.
c)
Materi
Materi
yang diterapkan pada masa khulafaurrasyidin adalah aqidah, syari’ah dan
mu’amalah. Adapun aqidah dengan cara mentauhidkan adalah mengesakan Allah,
syari’ah dengan diajarkannya tata cara tentang berwudhu, sholat dan membaca
al-qur’an, sedangkan mu’amalah yaitu dengan ditetapkannya zakat bagi
orang-orang muslim yang diserahkan kepada baitulmal dan pajak bagi orang-orang nonmuslim.
3.
Metode
Dakwah Pada Masa Khulafaurrasyidin
Ada
beberapa macam metode yang digunakan dalam berdakwah pada masa
khulafaurrasyidin. Diantaranya sebagai berikut:
a.
Metode
Ceramah
Metode
ceramah adalah metode yang dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah
dengan cara ceramah yang dilakukan di masjid-masjid.
b.
Metode
Missi (Bi’tsah)
Penyebaran
agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara mengutus para da’i.
Apabila ada yang menentang atau memberontak maka dilakukan peperangan atau jihad.
c.
Metode
Korespondensi
Sebelum
para da’i dikirim ke daerah-daerah yang akan di dakwahi, terlebih dahulu
dikirim surat sebagai pengantar.
d.
Metode
Ekspansi
Penyebaran
agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi
yang dilakukan meliputi kawasan Syiria dan Palestina, Irak dan Persia, Mesir,
Khurasan, Armenia, dan Afrika Utara.
e.
Metode
Tanya-Jawab
Metode
tanya-jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya-jawab untuk
mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau
menguasai materi dakwah. Disamping itu juga untuk merangsang perhatian mad’u.
Seorang mad’u juga dapat mengajukan pertanyaan kepad seorang da’i tentang
materi yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akan terjadi suatu hubungan timbal
balik antara da’i dan mad’u.
f.
Metode
Karya Tulis
Metode
karya tulis dengan dikumpulkannya lembaran-lembaran sebagai mushaf dan pada
masa khalifah Usman dibukukan menajdi sebuah al-Qur’an.
g.
Metode
Diskusi
Pada
masa Abu Bakar, beliau berdiskusi dengan Chyrus, pemimpin Romawi dan terjadi
kesempatan untuk berdamai.
h.
Metode
Konseling
Pada
masa khulafaurrasyidin, para khalifah mengajarkan secara ;angsung cara membaca
al-Qur’an, tata cara berwudhu, shalat dan cara-cara yang lainnya dalam hal
apapun yang belum diketahui oleh umat.
i.
Metode
Kelembagaan
Pada
masa khalifah Umar bin Khattab sudah mampu mengatur dalam sebuah kelembagaan
yang disebut baitul mal yang berfungsi sebagai tempat penyimpana harta kekayaan
negara.
j.
Metode
Keteladanan
Para
khulafaurrasyidin memiliki sifat yang cerdik, pandai, adil, dermawan, dan
bijaksana dalam mengambil keputusan.
k.
Metode
Propaganda
Di
dalam poses dakwah pasti terdapat unsur propaganda yang bertujuan untuk
mempengaruhi seseorang.
l.
Metode
Silaturrahmi
Pada
masa khulafaurrasyidin, para khalifah berkunjung ke daerah-daerah kekuasaannya
untuk mengetahui perkembangannya.
4.
Media
yang Digunakan Pada Masa Khulafaurrasyidin
·
Media
Masjid
Masjid
dijadikan sebagai tempat atau sasaran utama oleh para khulafaurrasyidin. Selain
itu juga dijadikan sebagai tempat pengajaran al-Qur’an dan al-Hadits.
·
Media
Cetak
Khulafaurrasyidin
mengumpulkan al-Qur’an dan membukukannya. Kemudian di sebarkannya ke seluruh
wilayah kekuasaan Islam sebagaimana yang terjadi pada masa Usman bin Affan.
·
Lembaga
Pendidikan
Pada
masa khalifah Umar bin Khattab, Abu Sofyan mengajarkan al-Qur’an kepada
penduduk perkampungan. Barang siapa yang buta huruf al-Qur’an akan dikenakan
sanksi cambuk.
·
Lembaga
Kantor/Pemerintahan
Fungsi dari
lembaga kantor/pemerintahan yaitu bisa juga digunakan sebagai pusat segala
aktivitas pemerintahan seperti gedung-gedung DPR atau istana negara.
Pemerintahan pada masa khulafaurrasyidin ini dijalankan sesuai dengan
nilai-nilai keislaman, misalnya pada masa Umar bin Khattab dibentuk sebuah
kebijakan untuk membuat sebuah badan yang mengurus zakat. Ini dilakukan agar
pembagian zakat bisa diantar dengan baik dan bisa membantu orang miskin. Pada
aktivitas beginilah lembaga kantor/pemmerintahan digunakan atau dibutuhkan.5
KESIMPULAN
Dakwah
adalah salah ssatu kewajiban atau keharusan setiap umat manusia dalam rangka
mengembangkan serta memajukan agama Islam. Sebagaimana yang telah dicontohkan
nabi Muhammad SAW dalam metodenya menyampaikan dakwah seperti:
1.
Dakwah
secara sembunyi-sembunyi
2.
Dakwah
secara terang-terangan
Pada masa
khulafaurrasyidin yang terdiri dari Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khulafaurrasyidin adalah pemimpin yang
arif dan bijaksana dalam menjalankan tigasnya senantiasa meneladani
kepemimpinan rasulullah. Sifat dan akhlak beliau-beliau sebagai pemimpin
masyarakat, beliau-beliau inilah yang menyebarkan agama Islam yang sangat hebat
dan baik. Dlam dakwahnya ada metode penyampaian dakwah serta media-media yang
digunakan pada masa itu.
CATATAN
1. Wahidin Saputra. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hlm.
10.
2. Ibid,
hlm. 22.
3. Syamsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Hlm. 43.
4. Drs. H. Hasanuddin. Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, hlm.64.
5. Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta:
Kencana, Cet. I 2007, hlm. 23-26.
DAFTAR
PUSTAKA
Saputra,
Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Drs. H.
Hasanuddin. 1996. Hukum Dakwah.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Munir, Syamsul.
2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wahyu Ilahi dan
Harjani Hefni. Pengantar Sejarah Dakwah.
Jakarta: Kencana, Cet. I 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar