Selasa, 23 September 2014

makalah ilmu dakwah



PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan atu cara. Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui guna mencapai suatu tujuan. Dari sumber lain menyebutkan bahwa metode dakwah berasal dari bahasa Jerman yakni “methodica” yang berarti ajaran tentang metode dan dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata “methodos” yang berarti jalan, lalu dalam bahasa Arab disebut “thariq”.1
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengundang arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
B.     Metode Dakwah Pada Zaman Rasulullah
1.      Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Sebenarnya setelah Nabi Muhammad mendapat wahyu pertama ia langsung menceritakan kepada kaum Quraisy tentang ajaran Tauhid dan memerintahan agar tidak belaku kasar terhadap sesamanya. Namun karena kaum Quraisy mempunyai hati sekeras batu, akhlak setara binatang, dan juga karena mereka takut akan terancam kesejahteraannya dalam “bisnis berhala”, sebisa mungkin ia menghalau Nabi Muhammad dalam berdakwah. Untuk itu nabi lebih memilih mengalah dengan cara berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dalam berdakwah sembunyi-sembunyi, ia melakukan berbagai metode, salah satunya dengan metode pendekatan personal (dari pintu ke pintu) dan juga dengan metode bil hal (menjadi suri tauladan yang baik bagi umat muslim maupun nonmuslim). Adapun beberapa metode yang dilakukan rasul selama dakwah secaara sembunyi-sembunyi ialah:
a.       Metode Personal
Metode semacam ini terjadi dengan cara individual, yaitu antara Da’i dan Mad’u, langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima, dan biasanya reaksi yang ditimbulkan mad’u langsung diketahui. Pendekatan ini Rasul lakukan untuk mencegah guncangan reaksioner di kalangan masyarakat Quraisy, yang pada saat itu masih percaya dengan kepercayaan animisme warisan leluhur mereka.
b.      Metode Pendidikan
Pada zaman rasul pendidikan ini dicontohkan dengan datang dari rumah ke rumah atau menjadikan salah satu rumah sahabat untuk dijadikan tempat pemberian materi-materi Islam. Seperti rumah Al-Arqam bin Abi Arqam yang dijadikan tempat pertama menyampaikan materi-materi pendidikan Islam.


c.       Metode Diskusi
Metode diskusi Da’i sebagai narasumber sedangkan Mad’u sebagai audiens. Tujuannya ialah untuk pemecahan problematika yang ada kaitannya dengan dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya. Pada masa sembunyi-sembunyi diskusi masih dalam hal ketauhidan, apa-apa saja ajaran Islam itu, dan juga mengenai kehidupan setelah mati. Selain itu diskusi pada kondisi seperti ini tidak leluasa karena harus sembunyi-sembunyi.
d.      Metode bi Al-Hal
Dakwah dengan metode ini dilakukan upaya ajakan melalui upaya penyatuan elaborasi antara pemahaman atau pengetahuan (thingking) dengan keyakinan atau perasaan (feeling). Dengan demikian, dakwah dengan metode ini dapat dilakukan dengan mau’izah hasanah (memberi contoh teladan).
e.       Metode bil Hikmah
Dari sekian metode awal rasul berdakwah (setelah menerima wahyu kenabian), rasul menjalankan tugasnya dengan metode bil hikmah. Dimana metode ini dilakukan rasul selama berdakwah, tidak hanya sembunyi-sembunyi tetapi juga pada saat dakwah secara terang-terangan. Sesuai dengan QS. An-Nahl/16: 125.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan selama tiga tahun dan menghasilkan beberapa nama yang berhasil masuk Islam, diantaranya adalah Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar ash-Shiddiq, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, dan Thalhah bin Ubaidilah.
2.      Dakwah Secara Terang-terangan
Setelah mendapat banyak dukungan dari sanak keluaga, sahabat, dan juga tetangganya dari hasil berdakwah secara sembunyi-sembunyi, rasulullah memberanikan diri untuk berdakwah secara terang-terangan kepada pemuka kaum Quraisy. Tentunya alasan dakwah secara terang-terangan ini juga berlandaskan atas perintah Allah SWT dalam QS. Al-Hijr/15: 94 yang artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”.
Setelah rasul mensyiarkan Islam secara terang-terangan di kalangan kaum Quraisy, beliau keluar berdakwah ke tengah masyarakat Quraisy untuk mengajak mereka ke dalam Islam. Hampir di setiap saat, beliau berani maju ke tengah kaumnya untuk menerangkan hakekat Islam. Mereka diajak untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dengan meninggalkan segala macam persembahan selain kepada Allah.
Perjalanan dakwah Rasul pada periode terang-terangan ini mengalami berbagai macam hal, baik itu perkembangan pesat umat muslim dan juga ancaman serta siksaan dari kaum Quraisy yang semakin menjadi-jadi. Apalagi saat wafatnya Siti Khadijah (isteri rasul) dan Abu Thalib (paman rasul) yang selama ini membantu dan melindungi rasulullah dalam berdakwah. Meskipun begitu, rasul tetap gigih dan sabar dalam menjalankan dakwahnya. Tidak sedikitpun rasul membalas perbuatan mereka yang keji. Beliau hanya bisa bersabar , berdo’a dan menyusun strategi dari permasalahannya yang lebih kompleks ini.2
Adapun beberapa metode yang dilakukan rasul saat berdakwah secara terang-terangan adalah:
·         Politik Pemerintahan
Rasulullah merasa dakwah di Mekkah semakin terasa berat karena perlakuan orang Quraisy terhadap Rasul dan umatnya yang semakin sadis, bahkan sampai mengancam nyawanya. Oleh karena itu demi keselamatan nyawa dan keselamatan umat muslim, maka rasul dan sahabat-sahabatnya memutuskan untuk hijrah ke luar daerah. Contohnya ialah ketika hijrah ke Madinah. Keputusan hijrah ke Madinah ini bukanlah semata-mata atas kehendaknya seniri, melainkan memang atas –perintah orang Madinah sendiri sehingga kebanyakan penduduk Madinah secara terbuka menerima ajaran-ajaran agama dari rasul. Di Madinah, rasul mendapat sahabat (Anshor) yang makin hari makin bertambah sehingga rasul menggunakan politik pemerintahannya, yakni mendirikan negara Islam. Yang mana semua urusan ekonomi, hukum, tata ekonomi, sosial dan sebagainya berasaskan Islam. Hal in berarti dakwah Islamiyahnya sebagai tujuan utama negara.
·         Surat Menyurat
Metode dakwah rasulullah bukan saja dengan cara politik pemerintahan, akan tetapi juga menggunakan metode surat-menyurat. Metode ini dilakukan oleh rasulullah kepada berbagai negara tetangga seperti Yaman, Syam, dsb. Adapun hasilnya sudah barang tentu ada yang menerima dan ada yang menolaknya. Beberapa metode seperti ini menggambarkan bahwa beliau memiliki kecakapan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan zaman mutakhir ini.
·         Metode Peperangan
Perang adalah metode dakwah rasul yang paling terakhir bila sudah tidak ada lagi jalan lain yang ditempuh. Seperti perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perang Yarmuk, dsb. Metode dakwah menggunakan gencatan senjata ini memang tampaknya sangat membahayakan, karena bala tentara rasulullah lebih sedikit dibandingkan dengan tentara orang kafir. Namun sejarah Islam telah membuktikan bahwa peperangan rasulullah dengan orang kafir jarang sekali menerima kekalahan.
Selain ketiga metode tersebut, rasulullah juga terus mengembangkan metodenya sewaktu dakwah secara sembunyi-sembunyi, yaitu misalnya mengembangkan metode dakwah secara diskusi. Dlama situasi dakwah yang terang-terangan ini rasul bisa lebih leluasa dalam melakukan diskusi dengan umatnya, bahkan mempunyai tempat khusus seperti Masjid, Ka’bah, dll. Juga metode-metode lain seperti metode pendidikan, metode personal yang lebih komprehensif, dan metode bil hikmah. Rasul juga menggunakan metode bil Mal yaitu metode dengan memberikan kontribusi materi kepada sasaran dakwah yang lemah ekonominya. Hal ini sebenarnya sudah biasa rasul lakukan jauh sebelum ia diutus menjadi rasul karena hal ini sudah menjadi sifat naluriah rasul sebagai manusia yang murah hati dan dermawan.
Sepanjang perjalanan tugasnya, rasul selalu menggunakan berbagai metode guna keberhasilan dakwahnya. Begitu banyak tantangan dan rintangan yang rasul hadapi, tetapi hal itu tidak menjadikan ia lalai dalam mengemban tugas dari Allah SWT. Ia tetap optimis, gigih, dan penuh strategi. Hingga pada akhirnya rasulullah berhasil menjalankan tugasnya itu, dan ajaran-ajaran Islam bisa menyebar luas hingga ke seluruh negeri. Tidak heran jikalau rasul dinobatkan menjadi orang paling berpengaruh di dunia dengan suri tauladan dan perjuangannya dalam berdakwah. Semoga segala macam metode rasul ini dapat menjadi contoh bagi kita dalam mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan semoga kita dapat mengembangkan dan menyikapinya dengan baik. Sehingga umat Islam pada zaman yang menghadapi tantangan globalisasi ini tidak menurun nilai-nilai keimanan dan islamnya.3
C.    Metode Dakwah Pada Zaman Khulafaurrasyidin
1.      Khulafaurrasyidin’
Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang yang pertama beriman kepada rasulullah saw dari kalangan lelaki dewasa. Nama asli beliau adalah Abdullah bin ‘Utman bin ‘Aamir dari suku Taim bin Murrah bin Ka’ab. Beliau adalah sahabat yang menemani hijrah nabi. Beliau jugalah orang yang menggantikan nabi untuk menjadi imam shalat serta anir jama’ah haji. Ada lima orang sahabat yang termauk orang-orang yang dijanjikan surga yang masuk Islam melalui perantara dakwahnya. Mereka itu adalah ‘Utsman, Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin ‘Auf dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Beliau wafat pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 hijriyah dalam usia 63 tahun. Kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama dua tahun tuga bulan dan sembilan hari.
Umar bin Khattab, nama asli beliau adalah Kuniyah Abu Hafsh. Kuniyah Abu Hafsh ini didapatkan beliau dari nabi SAW karena nabi melihat sifat tegas yang dimilikinya. Abu Hafsh adalah julukan bagi singa. Beliau adalah orang pertama yang dijuluki sebagai Amirul Mukminin secara luas oleh umat. Kekhalifahan Umar bin Khattab berlangsung selama 10 tahun, 6 bulan lebih 3 hari. Semenjak tanggal 23 Jumadil Akhir 13 Hijriyah hingga 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah.
Utsman bin Affan adalah seorang saudagar atau pedagang. Ia termasuk saudagar yang sukses dan berhasil. Beliau terkenal lembut, sabar, tekun dan pemurah. Beliau berasal dari suku Umayyah bin Abdu Syams bin Abdul Manaf. Sebelum beliau masuk Islam, beliau tidak mengetahui tentang Nabi Muhammad SAW. Beliau masuk Islam sebelum nabi  SAW masuk ke Darul Arqam. Beliau adalah seorang yang kaya. Beliau menjabat sebagai khalifah sesudah Umar bin Khattab r.a. berdasarkan kesepakatan ahlu syura. Beliau terus menjabat sebagai khalifah hingga terbunuh sebagai syahid pada bulan Dzulhijjah tahun 35 hijriyah dalam usia 90 tahun. Menurut salah satu pendapat ulama kekhalifahan beliau berlangsung selama 12 tahun dari tahun 35 hijriyah hingga 19 Ramadhan tahun 40 hijriyah.
Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. Rasulullah SAW menyerahkan kepadanya bendera jihad pada saat perang Khaibar yang dengan perantara perjuangannyalah Allah memenangkan umat Islam dalam pertempuran. Beliau dibai’at sebagai khalifah setelah khalifah Utsman terbunuh. Beliau menjadi khalifah secara syar’i hingga wafat dalam keadaan syahid pada bulan Ramadhan tahun 40 hijriyah dalam usia 63 tahun. Kekhalifahan Ali berlangsung selama 4 tahun 9 bulan sejak Dzulhijjah 12 hari.
Ketika rasulullah SAW wafat, dakwah islamiyah baru berhasil mentauhidkan Jazirah Arab dan baru saja selesai membuka pintu gerbang kerajaan Romawi Timur, yaitu penaklukan Tabuk. Dalam masa pemerintahan khulafaurrasyidin, dakwah islamiyah telah mengembangkan sayapnya jauh ke luar perbatasan Jazirah Arab, baik ke timur, ke barat, ke utara, ataupun ke selatan.4
2.      Unsur-unsur Pendekatan Dakwah Pada Masa Khulafaurrasyidin
Kekuasaan khulafaurrasyidin berumur kurang lebih 30 tahun. Struktur dakwah pada masa khulafaurrasyidin meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut:
a)      Da’i
Pengganti Rasulullah adalah khulafaurrasyidin. Mereka adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Keempat sahabat nabi ini berperan sebagai ulama’ yang menyebarkan agama Islam sekaligus berperan sebagai seorang khalifah (pemimpin). Para da’i pada masa khulafaurrasyidin tentunya adalah keempat khalifah tersebut. Beliau-beliaulah yang berperan dalam dakwah pada masa khulafaurrasyidin dan mereka pula yang menggantian nabi sebagai kepala negara sehingga corak da’i pada masa khulafaurrasyidin ini adalah al-Ulama wa al-Imara’
b)      Mad’u
Kondisi mad’u pada masa khulafaurrasyidin adalah bersifat ijabah, karena pada masa rasulullah sudah banyak orang yang memeluk agama Islam. Khulafaurrasyidin hanya tinggal meneruskan perjuangan dakwah rasulullah, namun masih banyak umat yang belum menerima Islam sebagai agamanya, seperti orang-orang Quraisy dan Yahudi sehingga mad’u pada masa khulafaurrasyidin bercorak ijabah dan ummah.
c)      Materi
Materi yang diterapkan pada masa khulafaurrasyidin adalah aqidah, syari’ah dan mu’amalah. Adapun aqidah dengan cara mentauhidkan adalah mengesakan Allah, syari’ah dengan diajarkannya tata cara tentang berwudhu, sholat dan membaca al-qur’an, sedangkan mu’amalah yaitu dengan ditetapkannya zakat bagi orang-orang muslim yang diserahkan kepada baitulmal dan pajak bagi orang-orang nonmuslim.
3.      Metode Dakwah Pada Masa Khulafaurrasyidin
Ada beberapa macam metode yang digunakan dalam berdakwah pada masa khulafaurrasyidin. Diantaranya sebagai berikut:
a.       Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan cara ceramah yang dilakukan di masjid-masjid.
b.      Metode Missi (Bi’tsah)
Penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara mengutus para da’i. Apabila ada yang menentang atau memberontak maka dilakukan peperangan atau jihad.
c.       Metode Korespondensi
Sebelum para da’i dikirim ke daerah-daerah yang akan di dakwahi, terlebih dahulu dikirim surat sebagai pengantar.
d.      Metode Ekspansi
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi yang dilakukan meliputi kawasan Syiria dan Palestina, Irak dan Persia, Mesir, Khurasan, Armenia, dan Afrika Utara.
e.       Metode Tanya-Jawab
Metode tanya-jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya-jawab untuk mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah. Disamping itu juga untuk merangsang perhatian mad’u. Seorang mad’u juga dapat mengajukan pertanyaan kepad seorang da’i tentang materi yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akan terjadi suatu hubungan timbal balik antara da’i dan mad’u.
f.       Metode Karya Tulis
Metode karya tulis dengan dikumpulkannya lembaran-lembaran sebagai mushaf dan pada masa khalifah Usman dibukukan menajdi sebuah al-Qur’an.
g.      Metode Diskusi
Pada masa Abu Bakar, beliau berdiskusi dengan Chyrus, pemimpin Romawi dan terjadi kesempatan untuk berdamai.
h.      Metode Konseling
Pada masa khulafaurrasyidin, para khalifah mengajarkan secara ;angsung cara membaca al-Qur’an, tata cara berwudhu, shalat dan cara-cara yang lainnya dalam hal apapun yang belum diketahui oleh umat.
i.        Metode Kelembagaan
Pada masa khalifah Umar bin Khattab sudah mampu mengatur dalam sebuah kelembagaan yang disebut baitul mal yang berfungsi sebagai tempat penyimpana harta kekayaan negara.
j.        Metode Keteladanan
Para khulafaurrasyidin memiliki sifat yang cerdik, pandai, adil, dermawan, dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
k.      Metode Propaganda
Di dalam poses dakwah pasti terdapat unsur propaganda yang bertujuan untuk mempengaruhi seseorang.
l.        Metode Silaturrahmi
Pada masa khulafaurrasyidin, para khalifah berkunjung ke daerah-daerah kekuasaannya untuk mengetahui perkembangannya.
4.      Media yang Digunakan Pada Masa Khulafaurrasyidin
·         Media Masjid
Masjid dijadikan sebagai tempat atau sasaran utama oleh para khulafaurrasyidin. Selain itu juga dijadikan sebagai tempat pengajaran al-Qur’an dan al-Hadits.
·         Media Cetak
Khulafaurrasyidin mengumpulkan al-Qur’an dan membukukannya. Kemudian di sebarkannya ke seluruh wilayah kekuasaan Islam sebagaimana yang terjadi pada masa Usman bin Affan.
·         Lembaga Pendidikan
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, Abu Sofyan mengajarkan al-Qur’an kepada penduduk perkampungan. Barang siapa yang buta huruf al-Qur’an akan dikenakan sanksi cambuk.
·         Lembaga Kantor/Pemerintahan
Fungsi dari lembaga kantor/pemerintahan yaitu bisa juga digunakan sebagai pusat segala aktivitas pemerintahan seperti gedung-gedung DPR atau istana negara. Pemerintahan pada masa khulafaurrasyidin ini dijalankan sesuai dengan nilai-nilai keislaman, misalnya pada masa Umar bin Khattab dibentuk sebuah kebijakan untuk membuat sebuah badan yang mengurus zakat. Ini dilakukan agar pembagian zakat bisa diantar dengan baik dan bisa membantu orang miskin. Pada aktivitas beginilah lembaga kantor/pemmerintahan digunakan atau dibutuhkan.5
KESIMPULAN
Dakwah adalah salah ssatu kewajiban atau keharusan setiap umat manusia dalam rangka mengembangkan serta memajukan agama Islam. Sebagaimana yang telah dicontohkan nabi Muhammad SAW dalam metodenya menyampaikan dakwah seperti:
1.      Dakwah secara sembunyi-sembunyi
2.      Dakwah secara terang-terangan
Pada masa khulafaurrasyidin yang terdiri dari Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khulafaurrasyidin adalah pemimpin yang arif dan bijaksana dalam menjalankan tigasnya senantiasa meneladani kepemimpinan rasulullah. Sifat dan akhlak beliau-beliau sebagai pemimpin masyarakat, beliau-beliau inilah yang menyebarkan agama Islam yang sangat hebat dan baik. Dlam dakwahnya ada metode penyampaian dakwah serta media-media yang digunakan pada masa itu.
















CATATAN
1.      Wahidin Saputra. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 10.
2.      Ibid, hlm. 22.
3.      Syamsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Hlm. 43.
4.      Drs. H. Hasanuddin. Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, hlm.64.
5.      Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana, Cet. I 2007, hlm. 23-26.



















DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Drs. H. Hasanuddin. 1996. Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Munir, Syamsul. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana, Cet. I 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar